About Me

header ads

Surga Bernama Keluarga

Malam belum larut saat langkah
menapaki teras rumah, perlahan
membuka pintu yang belum
terkunci berharap orang-orang
terkasih di dalam tak terbangun.

Ternyata, kehadiran ku
senantiasa ditunggu oleh isteri dan
anak-anak ku yang rela
menahan kantuk untuk sekedar
mendaratkan ciuman hangat mereka.

Satu persatu dua belahan jiwa yg
kecil itu menubruk tubuh lelahku,
hilang semua kantuk mereka
bersamaan dengan sirnanya
lelahku.

Aku terbaring dilantai sejenak serta
merta anak-anak menyerbu kakiku
untuk melepaskan kaus kaki.
Lalu tangan-tangan kecil itu
memijat kaki, "capek ya?"
Sesaat kemudian tangan kecil itu
beralih ke kening, "pusing ya?".
Memang tak seperti pijatan
seorang tukang pijat, tapi sentuhan
tangan-tangan mungil itu terasa
jauh lebih menenteramkan,
membasuh peluh dan mengangkat
lelahku.

Giliran isteri cantikku datang
dengan teh hangatnya, satu
kecupan penuh cinta mampir
sejenak di keningku.

Sambutan yang tak pernah absen
dilakukannya semenjak hari
pertama pernikahan kami. Sambil
menunggu makanan yang tengah
dipanaskan, kalimat yang teramat
sering ku dengar, "Bagaimana
hari ini? Ada masalah?
Berbagilah…" Kemudian hati dan
kedua telinganya terbuka luas
untuk menampung semua keluhku
sepanjang hari.

Makanan tersaji, anak-anak ikut
mengitari hidangan lesehan khas
keluarga kami. Sesekali tangan
mungil si bungsu mencomot lauk,
sementara si sulung menyeruput
teh hangat milikku. Sebenarnya
mereka hanya ingin mendapatkan
satu kalimat dari ku, "Ya, nanti
kita lihat bintang ya". Maka
bubarlah mereka dan kembali sibuk
dengan mainannya.

Adalah sebuah kenikmatan
tersendiri mendengar suara-suara
lucu berteriak mengamini bacaan
Al-Fatihah saat mereka ku ajak mengaji.

Biasanya mereka mengikuti bacaan
Fatihah maupun surat pendek yang
ku baca, lumayan membuat ku
terhibur dan tenang berharap
mereka lebih menyukai lantunan
itu ketimbang lagu-lagu yang
banyak diputar televisi.
Beruntung, langit cerah malam itu
sehingga kami bisa menggelar
tikar di halaman depan.

Berempat kami berbaring memandang langit
untuk menghitung bintang dan
menikmati indahnya rembulan.
Kupandang langit penuh bintang
bertaburan/ berkelap-kelip
seumpama bintang ceria/ …
senandung itu yang kerap keluar
dari mulut mungil kedua bintang
kecilku.

Malam telah larut, saatnya menemani dua bintang kecil itu
beristirahat. Biasanya, takkan
terpejam mata mereka sebelum 4 atau 5 usapan tangan dikaki-kski mungilnya kuhantarkan
sebagai pengiring membuai mereka hingga ke alam mimpi. Akhirnya mereka pun tidur dengan wajah berseri, kuduga mereka tengah bermimpi asyik bermain.

Ah, indahnya…
Selanjutnya, adalah waktu bagi
sepasang suami isteri untuk
berbagi, kasih, cinta, duka,
gembira. Bercerita apa pun
sepanjang malam, hingga
terangkat semua beban hari itu,
hingga terobati semua luka, hingga
tersingkirkan semua kerikil
penghambat, hingga keduanya
kembali menjelang pagi dengan
hati yang ringan.
***
Inilah yang aku sebut surga
bernama keluarga. Adakah yang
lebih indah dari keluarga ?

Semoga Bermanfaat,
Dedi Abu Rahid

Post a Comment

0 Comments